untuk menyatakan isi pikiranku.
Tak ada seuntai kata yang dapat kurangkai menjadi kalimat
untuk mengungkapkan perasaan ini.
Sepi rasa dihati, hanya berteman sebuah pena dan selembar kertas
sebagai pelampias kesepian yang menyerang.
Sepintas kupandangi langit yang mendung
seakan menggambarkan suasana hati yang kian gelap
menanti dia yang akan meneranginya.
Kegelisahan kian merasuk hingga akal tak dapat berpikir
dan hati kian beku.
Langit kini berganti mendung,
hujanpun takkan lama akan membasahi pijakkanku.
Setetes demi setetes namun pasti kini mulai mengguyur.
Kini sepiku berteman tetes hujan,
yang kian menuntun hatiku semakin jauh hanyut
dalam sebuah kerinduan akan kehadirannya.
Seakan waktu berjalan sangat lambat,
karena sepanjang langkah yang telah kutapaki
aku masih belum bertemu dengannya.
Hati kian merana dikala kupandangi hujan
yang kiat deras membasahi pijakkanku.
Namun dibalik tetes hujan yang membasahi bumi,
aku tersadar akan makna hadirnya.
Setiap tetes hujan yang membasahi bumi
memberi sebuah asa dan harapan bagi kehidupan.
Seperti dia yang aku nantikan
akan memberiku makna hidup saat bisa bersamanya.
Seperti hujan yang menyirami bunga dan tumbuhan lain
hadirnya akan menyirami hatiku
dan membuatnya teduh dengan senyumannya.
Seperti air hujan yang mengalir,
dia akan membawaku pada sebuah kebahgiaan
yang kian kurindukan.
Seperti hujan yang hadir dikala musim kering,
hadirnya akan membuat hidup ini menjadi sempurna