-->

Membangun Literasi Media Sosial di Kalangan Peserta Didik: Peran Guru dan Orang tua

Valentino Tapoona
0

            Media sosial menjadi bagian penting dari kehidupan kita sehari-hari. Anak-anak dan remaja saat ini tidak bisa lepas dari digital dan sosial media sebagai sumber informasi, tempat berkomunikasi, dan media hiburan. Namun, masalahnya adalah literasi media sosial mereka masih sangat rendah. Banyak dari mereka yang terjerumus dalam dampak negatif media sosial, seperti penyebaran hoaks, penggunaan yang tidak etis, bullying, dan lain sebagainya.

        Maka, pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa membangun literasi media sosial di kalangan peserta didik? Yang harus dipahami adalah bahwa literasi bukan hanya tentang kemampuan membaca atau menulis, tetapi juga tentang kemampuan analisa dan kritis dalam memahami informasi. Siswa harus belajar memilih dan mengevaluasi informasi, serta memahami implikasi sosial dari penggunaan media sosial.

        Di sinilah peran guru dan orang tua sangat penting. Guru harus melibatkan literasi media sosial dalam kurikulum pembelajaran dan mengajarkan siswa tentang bagaimana menggunakan media sosial dengan etika dan bertanggung jawab. Selain itu, menjelaskan bagaimana cara mengevaluasi informasi yang ditemukan di media sosial. Dalam sebuah kelas, misalnya, guru bisa membagikan konten media sosial tertentu, kemudian meminta siswa untuk mengevaluasi kebenaran dan kredibilitasnya.

      Orang tua juga harus menjadi contoh positif dalam penggunaan media sosial. Mereka harus mengamati penggunaan media sosial anak-anak mereka dan membatasi waktu dan akses mereka. Selain itu, orang tua dapat mengajarkan anak-anak tentang pentingnya mengenali dan memilih konten yang sehat di media sosial.

        Membangun kesadaran lingkungan digital juga penting. Siswa perlu belajar tentang privasi dan keamanan di media sosial, serta cara melaporkan perilaku yang tidak etis atau menyebarkan hoaks di media sosial. Hal ini berguna untuk mencegah penggunaan media sosial yang merugikan, seperti cyberbullying.

      Namun, harus diakui bahwa membentuk literasi media sosial di kalangan peserta didik akan menjadi tantangan. Lembaga pendidikan dan keluarga seharusnya memandang media sosial bukan sebagai ancaman, tetapi sebagai peluang untuk meningkatkan keterampilan dan kreativitas peserta didik. Siswa dapat belajar berbagai keterampilan, seperti desain grafis, pemrograman, dan multimedia melalui media sosial dan digital.


     Kita harus mulai berfikir lebih holistik tentang literasi media sosial. Belajar tentang cara menggunakan media sosial dengan bijak haruslah menjadi bagian penting dari pembelajaran. Siswa harus dipersiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang aktif dan bertanggung jawab di dunia digital. Dalam era digital yang semakin kompleks, pendidikan literasi media sosial harus menjadi prioritas untuk menciptakan masyarakat yang digital competent.

  1. Melatih keterampilan literasi media sosial pada anak-anak dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain:
  2. Memberikan edukasi tentang media sosial Orang tua atau guru dapat memberikan edukasi tentang media sosial secara sistematis, misalnya memberikan penjelasan tentang definisi media sosial, fitur-fiturnya, dan potensi dampak negatif yang bisa ditimbulkan apabila media sosial digunakan secara tidak baik.
  3. Memberikan batasan waktu dan akses untuk menggunakan media sosial Memberikan batasan waktu dan akses untuk menggunakan media sosial bisa membantu anak-anak menghindari kecanduan media sosial dan memperkecil kemungkinan adanya dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan media sosial yang berlebihan.
  4. Mengajarkan untuk selalu memeriksa kebenaran informasi sebelum membagikannya di media sosial Siswa perlu dilatih untuk tidak langsung membagikan setiap informasi yang diterima melalui media sosial. Sebaliknya, mereka harus selalu mengecek keaslian informasi dan sumber informasi tersebut.
  5. Membangun kesadaran privasi dan keamanan Anak-anak perlu dilatih untuk memahami tentang privasi dan keamanan di media sosial. Misalnya, tidak memberikan data pribadi secara cuma-cuma pada orang yang tidak dikenal, menjaga keamanan password dan tidak mengekspos informasi yang dapat memberikan dampak negatif di masa depan.
  6. Mengajarkan pentingnya bersikap sopan Siswa dianjurkan untuk bersikap sopan saat menggunakan media sosial, termasuk tidak melakukan tindakan bullying atau menghina orang lain.
  7. Membuka diskusi tentang kejadian yang terkait dengan media sosial Mengajak siswa untuk membuka diskusi tentang kejadian yang terjadi di media sosial dapat membantu meningkatkan kesadaran mereka tentang potensi dampak negatif dari media sosial, dan akan membantu mereka mempertimbangkan jika suatu saat dihadapkan pada situasi yang sama.
  8. Mendorong kreativitas Media sosial dapat menjadi ajang yang baik untuk mengeksplorasi kreativitas, termasuk dalam bidang desain grafis, fotografi, videografi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kita dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkreasi dan berbagi hasil karyanya menggunakan media sosial.
  9. Menjadi contoh dan teladan yang baik Orang tua dan guru harus menjadi contoh perilaku yang baik dalam menggunakan media sosial. Mereka harus memperlihatkan penggunaan yang etis dan bertanggung jawab sehingga anak-anak dapat meniru perilaku ini dalam kehidupan sehari-hari.

        Itulah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melatih keterampilan literasi media sosial pada anak-anak. Perlunya dukungan dari keluarga, sekolah, dan masyarakat secara keseluruhan agar literasi media sosial dapat benar-benar terbentuk pada generasi muda kita.

      Mengetahui apakah anak sudah menguasai keterampilan literasi media sosial sangat penting, terutama bagi orang tua dan guru. Berikut adalah beberapa tanda bahwa anak Anda telah menguasai keterampilan literasi media sosial:

  1. Mampu mengevaluasi keaslian informasi Anak yang menguasai literasi media sosial dapat mengevaluasi kebenaran suatu informasi yang mereka temukan di media sosial. Mereka mampu menganalisis sumber informasi tersebut, membaca ulasan tentang informasi tersebut, atau mencari tahu sumbernya sebelum mempercayainya atau membagikannya.
  2. Mampu menghindari penyebaran informasi palsu atau hoaks Anak yang menguasai literasi media sosial tidak mudah mempercayai informasi yang tidak memiliki sumber yang jelas atau belum terkonfirmasi kebenarannya. Mereka cenderung menghindari penyebaran informasi yang dapat menimbulkan kerugian atau merugikan orang lain.
  3. Mampu menjaga privasi dan keamanan di media sosial Anak yang menguasai literasi media sosial tahu bagaimana cara menjaga informasi pribadi mereka agar tidak terekspos di media sosial dan menjaga keamanan akun mereka. Mereka tidak mudah membagikan informasi pribadi, seperti alamat, nomor telepon, atau email tanpa persetujuan orang tua.
  4. Menggunakan media sosial dengan sopan dan etis Anak yang menguasai literasi media sosial tahu bagaimana cara menggunakan media sosial dengan benar, yaitu dengan cara yang sopan, etis, dan memperhatikan hak privasi orang lain. Mereka tidak melakukan tindakan bullying, menghina orang lain atau memposting foto atau konten yang tidak pantas di media sosial.
  5. Bisa membangun kesadaran tentang implikasi sosial penggunaan media sosial Anak yang menguasai literasi media sosial tahu bagaimana cara menggunakan media sosial dengan bertanggung jawab untuk membuat kerja sama dan mempromosikan lingkungan digital yang sehat dan produktif. Mereka dapat bersikap kritis terhadap dampak kehadiran media sosial dalam hidup mereka dan lingkungan sekitar.
  6. Termotivasi untuk menjadi pengguna media sosial dengan kemampuan yang bertanggung jawab Anak yang telah menguasai literasi media sosial akan termotivasi untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya dalam menggunakan media sosial. Mereka merasa senang dan percaya diri saat menggunakan media sosial dengan cara yang terukur dan bertanggung jawab.

        Namun, harus diingat bahwa tingkat literasi media sosial anak dapat bervariasi tergantung pada usia dan tingkat perkembangan mereka. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan guru untuk terus memantau kemampuan anak dan memberikan bimbingan yang tepat untuk membantu mereka memperoleh literasi media sosial yang sempurna.

        Berikut adalah sebuah studi kasus yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kemampuan literasi media sosial anak Anda. Dalam studi kasus ini, Anda bisa memberikan beberapa artikel atau postingan media sosial kepada anak Anda, kemudian meminta dia untuk menganalisis kebenaran dan keakuratan informasi yang disajikan dalam artikel tersebut. Misalnya, artikel tersebut menyatakan bahwa tanaman kaktus adalah tanaman yang dapat membersihkan udara di dalam rumah. Setelah membaca artikel, Anda bisa bertanya pada anak Anda tentang informasi apa yang dikuasainya dari artikel tersebut.    

     Dari sini, Anda bisa melihat kemampuan literasi media sosial anak Anda dalam menganalisis informasi yang diberikan dan mempertimbangkan kebenaran informasi tersebut. Selain itu, dengan bertanya seperti ini, Anda juga bisa meningkatkan kemampuan literasi media sosial anak Anda dengan memberikan pemahaman yang benar tentang penggunaan media sosial.

       Untuk mengecek kebenaran informasi dalam artikel dan mengetahui apakah sumbernya terpercaya, berikut beberapa cara yang dapat dilakukan:

  1. Verifikasi sumber informasi Pastikan sumber yang memberikan informasi tersebut terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memeriksa sumber informasi, memeriksa akun atau profil sumber, yang didalamnya tercantum riwayat dan reputasi mereka. Jika sumber informasi sudah terverifikasi, maka artikel tersebut cenderung lebih akurat dan dapat dipercaya.
  2. Cek keberadaan website atau publisher Cek keberadaan website atau publisher di media online dan periksa reputasi dari publisher tersebut. Hal ini memberikan informasi penting tentang reputasi website atau publisher yang berkaitan dengan artikel tersebut.
  3. Apa sumber informasinya? Pastikan bahwa sumber informasi benar-benar dapat dipercaya dan memiliki referensi yang kuat. Carilah sumber yang memiliki kredibilitas sehingga informasi yang disajikan benar-benar bisa dipercaya dan relevan.
  4. Cek fakta dan verifikasi informasi Sebelum mempercayai informasi yang diberikan di sebuah artikel, pastikan untuk melakukan verifikasi dengan mengecek fakta yang disajikan dan mencari sumber informasi tambahan. Cobalah mencari informasi yang sama dari sumber yang berbeda untuk memastikan akurasi dan kebenaran informasi yang tersedia.
  5. Pertimbangkan sudut pandang yang berbeda Pertimbangkan sudut pandang yang berbeda terhadap informasi yang disajikan. Informasinya bisa berbeda tergantung pada sudut pandang yang dipilih. Hal ini dapat membantu mendapatkan perspektif yang lebih luas dan mengurangi kemungkinan terjebak pada satu sudut pandang saja.
  6. Dalam memeriksa kebenaran sebuah informasi, hal terpenting yang harus diingat adalah bahwa literasi media sosial harus dikaitkan dengan keterampilan berpikir kritis dan kecerdasan informatif. Dalam hal ini, kita perlu membekali siswa dengan keterampilan untuk memverifikasi kebenaran informasi dengan menggunakan berbagai sumber dan kemampuan evaluasi dengan cara yang tepat.

Singkatnya, literasi media sosial bukan lagi sekedar kemampuan teknis, tetapi juga kemampuan kritis, evaluatif, dan proaktif. Guru dan orang tua memiliki peran besar dalam membentuk literasi media sosial yang baik di kalangan peserta didik. Melalui pendidikan dan pembinaan yang tepat, peserta didik dapat memahami pentingnya menggunakan media sosial dengan bijak dan bertanggung jawab.



Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)